Saudara Pustaka

Selamat Hari Ibu: “Peran Wanita dalam Mensukseskan Program Literasi Digital Nasional”

\"\"

Pada dasarnya, peran wanita dalam keluarga adalah sebagai anak untuk orang tuanya, sebagai seorang istri untuk suaminya dan sebagai seorang ibu untuk anak-anaknya. Sedangkan pada peran yang lain, wanita juga punya tanggung jawab secara sosial sebagai bagian dari masyarakat. Dalam kesempatan ini penjelasan lebih akan ditekankan pada peran wanita dalam mensukseskan program literasi digital nasional, dimana literasi kini menjadi perhatian dan kunci utama harapan Pemerintah kepada generasi millennial sebagai modal awal dalam upaya pembangunan bangsa Indonesia dimasa yang akan datang.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih dan cepat ini memiliki dampak yang positif dan negatif. Dari segi positifnya sangat membawa dampak signifikan bagi segala aspek kehidupan manusia, seperti dalam metode pendidikan sekarang lebih banyak menggunakan sistem daring, seiring juga karena dampak dari pandemi Covid-19, proses transaksi penjualan pun ikut mengalami perubahan yang cukup drastis, sehingga banyak swalayan dan toko besar yang gulung tikar, cukup dengan e-commerse dan media sosial tanpa harus mempunyai bangunan gedung fisik sekarang sudah dapat berjualan dengan baik, media promosi dan pemasaran pun menjadi tidak terbatas. Bidang lain seperti pertanian, industri juga telah mengalami banyak perubahan yang besar. Namun dibalik itu, ada dampak negatifnya juga yang harus diminimalisir bahkan kalau bisa dihilangkan, seperti faktanya di media sosial banyak tersebarnya informasi bohong (hoax), ujaran kebencian dan berbagai usaha-usaha penipuan online juga dilakukan, yang pada intinya akan memberikan keburukan, bahkan tidak jarang mampu memecah belah bagi bangsa khususnya anak-anak generasi millennial yang masih labil dan kurangnya kemampuan literasi.

Dalam kondisi seperti sekarang ini guna membentengi dan membekali generasi bangsa adalah dengan memberikan pemahaman tentang apa itu literasi. Peran keluarga khususnya ibu sangat penting karena keluarga merupakan pendidikan awal dari sebuah pembelajaran kehidupan dilakukan. Secara fitrah memang manusia di lahirkan mempunyai kemampuan yang sama, namun menjadi apa dia dimasa depannya sesuai pendidikan dari kedua orang tuanya. Dalam agam Islam dari Abi Hurairah, Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam kondisi fitrah kecuali orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, nasrani, atau Majusi.” Menurut hadits Rosulullah tersebut bahwa manusia sejatinya lahir dalam keadaan suci dan mempunyai kemampuan yang sama, menjadi apa dia dimasa depan sesuai dengan pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya. Maka keluarga dalam hal ini orang tua, lebih khususnya peran ibu sangat penting dalam menyusun kematangan dan pembentukan karakter pribadi anak. Anak-anak secara sadar dan tidak sadar akan mengikuti kebiasaan dan perilaku dari orang tua, dengan demikian keluarga adalah elemen dasar yang sangat nyata, penting dan memberi pengaruh besar bagi anak. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan paling utama dalam membentuk jati diri generasi bangsa. Mereka adalah asset utama penerus pembangunan nasional, oleh karenanya menjadi orang tua, khususnya peran ibu harus memiliki kemampuan literasi sehingga dapat mencetak pribadi masa depan yang mandiri, berpendirian kuat, kreatif, inovatif dan mampu bersaing di dunia global.

Berbagai upaya kegiatan literasi yang dapat dilakukan seorang wanita dengan dimulai di lingkungan keluarga misalnya, membiasakan mendongeng atau bercerita kepada anak sebelum tidur, baik dengan buku atau menggunakan alat peraga, memberikan fasilitas belajar yang sesuai dengan generasi millennial saat ini, yang membuat anak merasa nyaman dan tidak mudah bosan, mengajak anak ke perpustakaan atau ke toko buku, dan memberikan hadiah kepada anak berupa buku sebagai apresiasi atas prestasi yang diraih. Penggunaan teknologi juga dapat menjadi penunjang dalam proses literasi digital, karena kini banyak aplikasi dan koleksi digital yang sangat mudah untuk di akses. Media pembelajaran juga banyak di konsep dengan menarik bagi anak sehingga suasana belajar menjadi asyik dan komunikatif.

Disamping semua itu, langkah lain yang dapat dilakukan, yaitu dengan membuat bimbingan belajar bagi siswa, dimana disana juga disediakan semacam perpustakaan pribadi yang menyediakan koleksi ringan, seperti novel, komik dan buku cerita anak-anak. Kegiatan bimbingan belajar dilakukan setiap hari Senin sampai dengan Jum’at pada pukul 18.00 hingga pukul 20.00, dan hari minggu libur. Namun dihari Minggu biasanya diadakan kegiatan lain seperti lomba mewarna, menulis kaligrafi dan bermain atau olahraga supaya hubungan antara siswa dan guru menjadi lebih akrab. Selain itu untuk merangsang semangat belajar bagi anak-anak kami juga mengadakan kegiatan nonton bersama terkait video pembelajaran yang kreatif agar dapat menjadi tambahan wawasan dan pengalaman yang bergunan dimasa depan mereka.

Dari berbagai upaya yang dilakukan di atas tidak dapat dipungkiri bahwa semua harus dipersiapkan dengan banyak membaca dan pengalaman, dari kebiasaan membaca  nantinya akan berkembang dan menumbuhkan ide baru yang dapat menjadi modal untuk kepenulisan sebuah karya, sehingga dapat memberikan manfaat kepada generasi dan masyarakat. Apa yang akan terjadi jika orang terdahulu tidak ada yang membaca dan menulis, mungkinkah dunia bertahan sampai sekarang ini atau bahkan sudah selesai dari dulu. Akibat dari proses membaca itulah sebuah ide dan kreatifitas otak akan terbangun dan memunculkan semangat hidup dalam mewujudkan sebuah karya yang bermanfaat. Dan inilah yang dinamakan kemampuan berliterasi.

Dalam era keterbukaan informasi dan teknologi 4.0 bahkan menuju 5.0 ini, memang peran manusia menjadi sedikit berkurang, tergantikan oleh peran teknologi yang menjadi alternative dan tumpuannya, bahkan dapat dikatakan lebih praktis dan efisien kerjanya. Namun moral dan akhlaq tidak turun dari robot atau teknologi canggih sekarang ini, maka kemampuan literasi menjadi keniscayaan manusia untuk mampu beradaptasi dan menjaga moral dan akhlaq anak agar tidak terlindas oleh arus zaman. Karena bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan literasi akan sulit bertahan dan beradaptasi dengan kondisi sekarang ini, banyak yang hanya menjadi penonton bahkan dapat menjadi korban dari proses perubahan yang sangat cepat ini. Kembali lagi pada peran wanita yang merupakan guru pertama bagi anak harus kembali memahami fungsi dan keberadaanya untuk menjadi solusi dari kompleknya permasalahan sekarang ini. Keluarga harus menjadi tempat utama dan yang paling nyaman bagi wanita dan anak-anaknya. Tauladan orang tua dalam segala tindakan sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak, membentuk anak sebagai makhluk sosial, religius dan menciptakan kondisi yang dapat menumbuh kembangkan inisiatif dan kreatifitas anak. Selain teladan, didiklah anak dengan penuh kasih sayang, bukan dengan kekerasan. Jika anak dididik dengan kekasaran, maka ia akan menjadi orang yang pemarah dan sangat sulit mengembalikannya. Mendidik anak butuh waktu. Ibarat menanam sebuah pohon maka itu butuh tumbuh sebelum menikmati buahnya. Benih yang unggul, ditanam, disiram, lalu dipupuk, dijauhkan dari hama atau hewan yang mengganggu, pasti akan menjadi pohon yang baik dan berkualitas. Dan jangan lupa untuk selalu berdoa memohon petunjuk Allah sebagai penguasa hati ini. Bagaimana pun, semua butuh proses dan dalam proses dibutuhkan kesabaran dan keteguhan hati. Kita boleh gagal dalam berbisnis, namun jangan dalam hal mendidik anak. Karena gagal dalam bisnis dapat diulangi dan evaluasi, namun dalam hal mendidik anak hanya akan menjadi penyesalan dan kesengsaraan bagi orang tua. Sebagai penutup dalam artikel ini, Imam Syafi’I pernah mengatakan, “Jika kamu tidak sanggung menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan.”

Demikian pemaparan artikel ini, semoga menjadi evaluasi dan inspirasi bagi semua khususnya wanita, baik ibu-ibu ataupun calon ibu agar lebih mempersiapkan bekal dalam membentuk keluarga dan mendidik anak-anaknya. Karena bangsa Indonesia kini juga mengalami bonus demografi, artinya usia produktif lebih besar dari pada usia non produktif, generasi mudanya lebih banyak dari generasi orangtuanya, maka sudah sepantasnyalah Indonesia ke depan mampu menjadi bangsa yang unggul, maju dalam berfikir, berkompetensi, berdaya saing, adaptif, kreatif dan inovatif, peka terhadap lingkungan, menjaga budaya gotong royong, selalu menyibukkan diri dalam menggali ide dan gagasan, tidak mudah terpengaruh budaya asing dan senantiasa menjaga budaya warisan luhur bangsa.

Sumber:https://www.google.com/search?channel=nrow5&client=firefox-b-d&q=peran+wanita+dalam+keluarga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *